Selepas pandemi COVID-19, saya mengunjungi Bali. Selama 3 hari 4 malam, saya berada di Pulau Dewata . Merupakan kedatangan pertama, setelah pandemi COVID-19.
Memang suasananya tidak seperti sebelum pandemi. Namun, terlihat sudah ramai kunjungan wisatawan nusantara hingga mancanegara. Terlihat dari gemerlap kehidupan malamnya.
Sehari sebelum kepulangan, saya bersama rekan dari Medan berkesempatan menyeberang ke Nusa Penida untuk mengunjungi sejumlah obyek wisata yang cukup popuper.

PERJALANAN
Dari tempat saya menginap Prime Plaza Sanur Hotel, tidak terlalu jauh untuk menuju pelabuhan penyeberangan karena hanya berjalan kaki sekitar 10-15 menit.
Setelah membeli tiket speedboat Rp 100 ribu per orang, khusus wisatawan nusantara. Menunggu beberapa menit, hingga penumpang penuh kemudian berangkat.
Perjalanan ditempuh sekitar 45 menit hingga 1 jam. Kemudian tiba di pelabuhan penyeberangan Nusa Penida. Kami sengaja memilih menyewa sepeda motor Rp 75 ribu untuk bisa berkeliling.
Meskipun tak tahu arah jalan, tapi kami tetap nekat. Dengan hanya mengandalkan google penunjuk jalan, tujuan pertama kami langsung Pantai Kelingking.
Ternyata jarak tempuhnya lumayan jauh sekitar 45 menit hingga 1 jam, jika tidak kesasar. Namun memang tidak terlalu sulit, hanya jalannya yang kecil, turun naik, berkelok dan berlubang.
Tiba di lokasi, kami harus membeli tiket Rp 5 ribu per orang. Kemudian masuk dan memakir motor. Berjalan sekitar 5 menit kemudian tiba diatas pantai Kelingking. Terlihat begitu ramai wisatawan.

TEMPAT BERSELFIE
Ramai sekali dengan wisatawan . Dari atas tebing pantai, terlihat indah pemandangan yang akan membuat mata tak berkedip. Dengan hampan pasir putih dan laut biru.
Wisatawan memanfaatkan untuk berselfie. Namun harus hati-hati. Bahkan disarankan khusus orang dewasa, tidak untuk anak-anak. Ada beberapa spot favorit para wisatawan .
Karena beberapa spot harus menuruni tangga untuk mendapatkan latarbelakang yang bagus, seperti hamparan tebing seperti kelingking. Ataupun spot pulau-pulau kecil.
Disarankan tidak sendirian. Harus berdua sehingga bisa bergantian untuk berselfie, mengambil latarbelang atau spot yang indah. Disamping juga medan yang berbahaya.

TURUNI TEBING CURAM
Namun untuk ke pantai harus menuruni tebing yang curam dan berbatu-batu. Sangat berbahaya sekali. Sangat tidak disarankan untuk anak-anak ataupun orangtua lanjut usia.
Menuruni tebing bebatuan yang kadang hanya mengandalkan tali, pohon ataupun kayu untuk berpegangan. Jika salah atau tergelincir akan sangat berbahaya. Langkah kaki bahkan hingga satu meter.
Butuh waktu hingga sekitar 30 menit untuk menuruni tebing curam, sekitar 300 meter hingga sampai ke Pantai. Begitupun sebaliknya. Sehingga tidak semua wisatawan yang berani menuruni tebing.
Banyak yang harus berhenti untuk beristirahat sejenak. Perlu kondisi fisik yang prima untuk menuruni tebing. Termasuk menggunakan sepatu yang bagus agar kaki tidak lecet.
Termasuk juga membawa air mineral untuk minum. Karena saya turun dengan kondisi fisik yang tidak baik. Karena malam sebelumnya, tidur larut. Sehingga harus kondisi prima.

PANTAI BIRU, GEMURUH OMBAK
Ketika tiba di pantai, lelah seakan langsung hilang. Karena hamparan pantai putih yang cantik dan air laut yang biru indah. Plus suara deburan ombak. Membuat betah dan ingin berlama-lama menikmati.
Namun bagi anda yang ingin bermain di bibir pantai ataupun berenang harus berhati-hati. Karena kabarnya sudah terjadi beberapa kali, pengunjung terseret ombak.