Hilman Hariwijaya dan Fenomena Lupus di Era 90-an

Generasi era 90-an tentu sangat mengenal sosok Hilman Hariwijaya, seorang penulis novel yang melahirkan karakter Lupus, yang begitu populer di masanya. Lupus bukan sekadar tokoh fiksi biasa, tetapi menjadi ikon remaja era 90-an.

Hilman Hariwijaya lahir pada 25 Agustus 1964 dan memulai kariernya sebagai penulis di Majalah Hai, di mana kisah Lupus awalnya dimuat sebagai cerita berseri sebelum akhirnya diterbitkan dalam bentuk novel pada tahun 1986.

Novel tersebut begitu laris hingga diadaptasi menjadi film layar lebar. Sayangnya, Hilman Hariwijaya meninggal dunia pada Rabu, 9 Maret 2022, pukul 08.02 WIB di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo karena komplikasi penyakit. Jenazahnya dimakamkan di TPU Kombang, Tangerang Selatan.

Film Lupus dan Kejayaannya

Almarhum menerbitkan Novel Lupus pada 1986. Novel itu laris dan kemudian 1987 diangkat ke layar film berjudul Lupus I: Tangkaplah Daku Kau Kujitak.

Kemudian berlanjut, Lupus II  :Makhluk Manis Dalam Bis tahun 1987, lalu Lupus III : Topi-topi Centil,Lupus IV : Anak Mami Sudah Besar tahun 1990 dan Lupus V : Iih…, Syereem!  Tahun 1991.

Menariknya pada film Lupus III : topi-topi Centil Almarhum berperan sebagai Lupus. Sedangkan Lupus I, II, IV dan VI diperankan aktor ganteng keturunan Ceko Ryan Hidayat.

Memang, peran Ryan Hidayat yang paling melekat dan sangat dekat dengan anak remaja kala itu. Gaya penampilan Ryan Hidayat dalam film Lupus bahkan menjadi tren.

Lupus: Ikon Remaja 90-an

Lupus digambarkan sebagai cowok ganteng, cuek, dan jahil, dengan ciri khas rambut jambul ala John Taylor (bassist Duran Duran). Ia adalah seorang anak yatim yang bersekolah di SMA Merah Putih dan aktif menulis sebagai jurnalis di sebuah majalah. Ciri khas lainnya adalah kebiasaannya mengunyah permen karet.

Dalam beberapa cerita, Lupus memiliki pacar bernama Poppy yang diperankan oleh Nurul Arifin dalam film. Ia juga memiliki adik perempuan bernama Lulu (diperankan oleh Firda Razak) serta sahabat setianya, Gusur, yang diperankan oleh Septian Dwi Cahyo.

Gaya Hidup Era 90-an

Bagi mereka yang tumbuh di era 90-an, gaya hidup saat itu memiliki keunikan tersendiri. Remaja banyak menghabiskan waktu dengan membaca majalah seperti Hai dan Anita Cemerlang, mendengarkan musik dari kaset pita, serta menonton film di bioskop atau melalui televisi. Sayangnya, tidak semua daerah memiliki bioskop, sehingga banyak penggemar Lupus hanya bisa menikmati kisahnya lewat novel atau majalah.

Mode fashion remaja saat itu pun terinspirasi dari tren global, seperti jaket jeans, celana baggy, dan sepatu kets yang menjadi simbol gaya santai. Musik dari band seperti Duran Duran, Bon Jovi, dan Roxette menjadi favorit, sementara serial televisi luar negeri seperti Beverly Hills 90210 dan MacGyver juga menjadi tontonan populer.

Kehadiran Lupus bukan sekadar hiburan, tetapi juga menjadi bagian dari identitas generasi muda saat itu. Hilman Hariwijaya telah meninggalkan warisan yang tak terlupakan dalam dunia sastra dan perfilman Indonesia.

Selamat jalan, Hilman Hariwijaya. Karyamu tetap abadi dalam kenangan.

1 thought on “Hilman Hariwijaya dan Fenomena Lupus di Era 90-an

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *