Jogja, Hati yang Tak Pernah Pergi
Di bawah langit teduh Jogja,
langkah-langkah kenangan berpijak di aspal tua.
Sepanjang Malioboro yang ramai,
angin membawa aroma wedang jahe dan rindu yang tak kunjung habis.
Jogja adalah waktu yang melambat,
di setiap sudut kampung dan cerita tua.
Kereta kecil melintas di rel kehidupan,
menyatukan hati yang merindu pulang.
Di Keraton yang megah namun bersahaja,
tertulis sejarah dalam bisik lembut gending.
Gunung Merapi berdiri gagah di kejauhan,
seakan menjadi penjaga abadi tanah ini.
Becak berderit, senyum hangat menyapa,
“Selamat datang,” kata mereka.
Di sini, segalanya terasa sederhana,
namun begitu kaya akan rasa.
Cahaya senja membungkus Pantai Parangtritis,
ombak mendesir dengan cerita lampau.
Jogja, tempat di mana cinta tak pernah berakhir,
dan jiwa kembali menemukan rumah.
Kepada Jogja, aku titipkan rindu,
sebab kau adalah puisi dalam hidupku.
Abadi dalam hati, meski kaki melangkah pergi,
kau selalu memanggil untuk kembali.