Kan Kulipat Selimut Kesyahduan di Sisi Peraduanku

Kan kulipat selimut kesyahduan
di sisi peraduanku yang sunyi,
di mana malam bukan sekadar gelap,
tapi cermin dari kenangan yang tak henti berbisik.

Hembusan angin menyingkap bayang-bayang
tentang rindu yang diam-diam bertunas,
tentang doa-doa yang pernah kuselipkan
di antara lipatan bantal dan harap.

Langit meneteskan cahaya temaram
seperti matamu yang pernah kutatap dalam,
dan di balik remang-remang sepi ini,
namamu masih kuucap tanpa suara.

Selimut ini, tak hanya menghangatkan tubuh,
tapi juga luka yang kupeluk diam-diam.
Ia tahu, di balik lelapku
ada cinta yang tak selesai diucapkan.

Malam tak pernah benar-benar sunyi
jika hati terus berdetak memanggil,
dan aku akan terus melipat kesyahduan ini
hingga pagi bersedia menyambut tanpa perih.

Ditulis 18 Mei 2012

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *