Belum Merdeka

Delapan puluh tahun Indonesia merdeka, bendera Merah Putih terus berkibar di langit negeri. Namun pertanyaan yang tak pernah usai adalah: benarkah kita sudah merdeka?

Merdeka sejati bukan sekadar bebas dari penjajah asing. Merdeka adalah kebebasan batin, keadilan sosial, serta kesejahteraan yang merata. Sayangnya, perjalanan panjang bangsa ini masih menyisakan ruang kosong yang belum terisi.

Kita belum merdeka, selama sebagian anak bangsa kesulitan mengakses pendidikan yang layak, sementara yang lain bisa membeli masa depan dengan uang. Kita belum merdeka, bila petani harus menjual panennya dengan harga murah, sedangkan harga pangan di pasar kian melambung.

Kita belum merdeka, ketika korupsi merampas hak rakyat, pembangunan terjerat kepentingan segelintir orang, dan hukum tajam ke bawah tetapi tumpul ke atas.

Lebih dalam lagi, kita belum merdeka bila hati masih dipenuhi kebencian, iri, dan dendam. Jiwa yang terbelenggu nafsu dan ketakutan adalah jiwa yang kehilangan kebebasan sejati. Bangsa yang besar pun akan rapuh bila warganya tidak merdeka dari belenggu batin.

Dan yang paling menyakitkan, kita belum merdeka selama intoleransi masih tumbuh di bumi Indonesia. Ketika seseorang dibeda-bedakan karena keyakinan, suku, atau pilihan hidupnya, semangat kemerdekaan dipasung oleh sekat-sekat semu.

Tak jarang kita menyaksikan rumah ibadah ditolak, kelompok minoritas dikucilkan, atau ujaran kebencian dilegalkan. Intoleransi bukan hanya mengancam persatuan, tetapi juga merampas hak dasar manusia: hidup setara sebagai warga negara.

Kemerdekaan sejati adalah saat rakyat bisa hidup tenang, adil, sejahtera, dan berdaya. Kemerdekaan adalah ketika setiap orang dapat menyuarakan kebenaran tanpa rasa takut, dan ketika solidaritas mengalahkan kepentingan pribadi.

Maka, peringatan kemerdekaan bukanlah seremoni tahunan semata. Ia adalah cermin yang menantang kita untuk jujur: sudahkah kita benar-benar merdeka? Ataukah kita hanya merdeka di atas kertas, sementara dalam realitas sosial, ekonomi, politik, dan hati nurani, bangsa ini masih “belum merdeka”?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *