Aku Ingin Menjadi Pelangimu

Semalam aku terhenyak,
Melihat matamu tergenang luka yang tak terucap.
Air matamu jatuh tanpa suara,
Tapi dentumnya menghancurkan dadaku yang mencinta.

Sakit rasanya,
Melihatmu menanggung dunia seorang diri.
Setiap tetesan itu,
Seperti pisau yang tak henti mengiris nurani.

Kau bilang,
“Tak ada yang bisa melindungiku dari luka yang dalam.”
Kau bilang,
“Aku hanya pura-pura kuat di luar.”
Kau bilang,
“Hidupku tak seindah senyumku.”
Dan saat kau berkata,
“Lupakan aku, aku bukan wanita baik…”
Langit di hatiku runtuh tak bersisa.

Apa kau tahu, yank,
Kata-katamu seperti badai menggulung jiwaku.
Tapi dari awal, aku sudah bersumpah…
Untuk menua bersamamu, tak sekadar menemani hari cerahmu.

Aku ingin jadi sandaranmu,
Pundakku adalah pelabuhan dari badai yang tak pernah lelah.
Aku ada untukmu,
Bukan hanya saat tertawa, tapi juga di tengah tangis paling sunyi.

Karena aku tak ingin kamu berjuang sendirian,
Aku ingin menjadi alasan kamu tersenyum lagi.
Ingin memeluk semua lukamu,
Menjadi rumah di mana kau bebas menjadi rapuh.

Buatku, kau tetap ratuku.
Tak perlu sempurna, cukup jadi dirimu yang sesungguhnya.
Dan percayalah yank,
Selalu ada pelangi setelah hujan,
Dan sejak awal,
Aku datang untuk menjadi pelangi itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *